REALITAS BAHASA SLANG DI KALANGAN GENERASI Z: IMPLIKASI TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MODERN
Main Article Content
Abstract
This research explores the reality of slang language use among Generation Z and its implications for the development of modern Indonesian. Slang, which was initially only used in informal contexts, is now an integral element in Generation Z's daily communication. Based on the questionnaire results, the frequency of slang use is very high, with the types of slang dominated by terms from social media, such as “ngab,” “santuy,” or “auto.” Slang is used to create a relaxed atmosphere, show group identity, and increase emotional closeness between users. Nonetheless, the intensity of slang use can pose challenges, such as reduced exposure to standardized language in formal contexts. This study also found that acceptance of slang varies depending on the context of communication, with a tendency for the boundaries between formal and informal language to blur. In the long run, this phenomenon is predicted to enrich the vocabulary of Indonesian while posing a risk to the preservation of linguistic rules.
Penelitian ini mengeksplorasi realitas penggunaan bahasa slang di kalangan Generasi Z dan implikasinya terhadap perkembangan bahasa Indonesia modern. Bahasa slang, yang awalnya hanya digunakan dalam konteks informal, kini menjadi elemen integral dalam komunikasi sehari-hari Generasi Z. Berdasarkan hasil kuesioner, frekuensi penggunaan slang sangat tinggi, dengan jenis slang yang didominasi oleh istilah dari media sosial, seperti "ngab," "santuy," atau "auto." Bahasa slang digunakan untuk menciptakan suasana santai, menunjukkan identitas kelompok, dan meningkatkan kedekatan emosional antar pengguna. Meskipun demikian, intensitas penggunaan slang dapat menimbulkan tantangan, seperti berkurangnya eksposur terhadap bahasa baku dalam konteks formal. Studi ini juga menemukan bahwa penerimaan terhadap Bahasa slang bervariasi, bergantung pada konteks komunikasi, dengan kecenderungan adanya kaburnya batas antara bahasa formal dan informal. Dalam jangka panjang, fenomena ini diprediksi akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia sekaligus menimbulkan risiko terhadap pelestarian kaidah kebahasaan.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Farrel, A., Anyndya, M. T., Andoyo, M. D., Nirmala, N., Pamungkas, S. B., & Sholihatin, E. (2024). Penggunaan bahasa gaul generasi Z di kota Surabaya berbasis media sosial X (Twitter). Pendidikan Bahasa Dan Ilmu Sastra, 1(1), 45–56.
Mweshi, G. K., & Sakyi, K. (2020). Application of sampling methods for the research design. Archives of Business Review, 8(11), 180–193.
Noels, K. A., Yashima, T., & Zhang, R. (2020). Language, identity, and intercultural communication. In The Routledge handbook of language and intercultural communication (pp. 55–69). Routledge.
Szymkowiak, A., Melovic, B., Dabic, M., Jeganathan, K., & Kundi, G. S. (2021). Information technology and Gen Z: The role of teachers, the internet, and technology in the education of young people. Technology in Society, 65, 101565.
Tracy, S. J. (2019). Qualitative research methods: Collecting evidence, crafting analysis, communicating impact. John Wiley & Sons.
Yudiyanto, M., Mulyani, A. S., & Kusnadi, R. (2022). Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia berbasis karakter bersahabat dan komunikatif di SD/MI. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(23), 824–832.