PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP RETENSI AIR TANAH
Main Article Content
Abstract
Sistem pengolahan tanah memiliki peran krusial dalam menentukan karakteristik fisika, biologi, dan kimia tanah, yang pada gilirannya mempengaruhi kapasitas tanah dalam meretensi air. Pemindahan limbah pascapanen menurunkan kadar bahan organik tanah, sedangkan pengolahan tanah intensif merusak agregat tanah sehingga meningkatkan porositas. Kandungan air tersedia dalam pori-pori tanah pada kedalaman perakaran merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Penelitian bertempat di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanah, Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur. Proses analisa tanah dilakukan di Laboratorium Fisika, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Proses pengolahan tanah dilaksanakan sesuai dengan perlakuan yang ditentukan. Pengaplikasian seresah tanaman jagug pada empat perlakuan dilakukan secara berbeda. Proses penanaman tanaman kedelai dilaksanakan setelah proses pengolahan tanah terkecuali bagi perlakuan OT4 yang hanya dilakukan pembuatan lubang tanam.Bahan Organik Tanah Berdasarkan Tabel 1, semua perlakuan termasuk dalam kategori bahan organik tanah yang rendah. Hasil analisis ragam dari empat perlakuan pengolahan tanah menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kandungan bahan organik tanah. Selain itu, durasi pengamatan yang cenderung singkat juga berkontribusi pada tidak terjadinya perubahan yang signifikan dalam kandungan bahan organik tanah. Ruang Pori Total Hasil analisis ragam untuk keempat perlakuan pengolahan tanah menunjukkan tidak berbeda nyata. Sistem pengolahan tanah memiliki pengaruh signifikan terhadap retensi air tanah. Secara umum, sistem yang meminimalkan gangguan tanah, seperti pengolahan minimum, tanpa olah tanah, dan pengolahan konservasi, cenderung meningkatkan kapasitas retensi air tanah dibandingkan dengan pengolahan konvensional. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh perbaikan struktur tanah, peningkatan kandungan bahan organik, dan peningkatan aktivitas biologi tanah. Namun, efektivitas sistem pengolahan dalam meningkatkan retensi air dapat bervariasi tergantung pada kondisi spesifik lokasi dan memerlukan evaluasi jangka panjang untuk mengoptimalkan manfaatnya.
Tillage systems have a crucial role in determining the physical, chemical, and biological characteristics of soils, which in turn affects the soil's capacity to retain water. The transportation of waste from harvest residues causes a decline in soil organic matter, while intensive tillage causes the destruction of aggregates so that the soil becomes looser. The availability of water in the soil greatly affects plant growth, where the water used by plants is available water contained in the pores of the soil in the root layer of the plant. The research took place at the Soil Research Institute Experimental Garden, Taman Bogo, Purbolinggo District, East Lampung. The soil analysis process was carried out at the Physics Laboratory, Soil Research Institute, Bogor. The tillage process is carried out in accordance with the specified treatment. The application of corn plant litter in four treatments was carried out differently. The soybean planting process is carried out after the soil tillage process, except for the OT4 treatment where only planting holes are made. Soil Organic Matter Based on Table 1, all treatments fall into the category of low soil organic matter. The results of the analysis of the variety of four tillage treatments showed that there was no significant difference in the content of soil organic matter. In addition, the short duration of observation also contributes to the absence of significant changes in the content of soil organic matter. Total Pore Space The results of the variety analysis for the four tillage treatments showed no significant difference. Tillage systems have a significant influence on groundwater retention. In general, systems that minimize soil disturbances, such as minimum tillage, no tillage, and conservation tillage, tend to increase groundwater retention capacity compared to conventional tillage. This increase is mainly due to the improvement of soil structure, increased organic matter content, and increased soil biological activity. However, the effectiveness of treatment systems in improving water retention can vary depending on site-specific conditions and require long-term evaluation to optimize their benefits.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal, A. Saidi dan Gusmini. 2012. Perbaikan sifat fisiko-kimia tanah psamment dengan pemulsaan organik dan olah tanah konservasi pada budidaya jagung. Jurnal Solum 9 (1), 25-35.
Anwar, S., Susanto, R., & Prabowo, A. (2022). Pengaruh Sistem Olah Tanah Konservasi terhadap Sifat Fisik dan Retensi Air Tanah pada Lahan Kering. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 9(1), 121-130.
Arsyad, A. 2006. Pengaruh olah tanah konservasi dan pola tanam terhadap sifat fisik tanah ultisol dan hasil jagung. Jurnal Agronomi 8(2), 111- 116.
Endriani. 2010. Sifat fisika dan kadar air tanah akibat penerapan olah tanah konservasi. Jurnal Hidrolitan 1(1), 26 – 34.
Lumbanraja P. dan Tampubolon, B. 2015. Pengolahan Tanah dan Mulsa Ampas Tebu Memperbaiki Porositas, Kadar Air Tanah dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max, L) pada Ultisol Simalingkar. Prosiding Seminar Nasional Peran Strategis Masyarakat, Dunia Usaha, Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional. Universitas HKBP Nommensen Medan. Hal 78- 89.
Pratiwi, E. P., Saleh, E., & Rahutomo, S. (2020). Perbandingan Sistem Olah Tanah terhadap Sifat Fisik dan Retensi Air pada Tanah Ultisol. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 20(2), 130-139.
Rachman, A., Dariah, A. dan Husein, E. 2004. Konservasi Tanah pada Lahan Berlereng; Olah Tanah Konservasi.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Balitbangtan. Departemen Pertanian.
Saha, B.C. 2003. Hemicellulose Bioconversion. Jurnal Indonesia Microbiologi Biotechnologi 30, 279-291.
Subowo, G. (2014). Sistem Olah Tanah Konservasi untuk Mendukung Sequestration Carbon dan Produktivitas Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan, 8(2), 81-90.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah; Konsep Dan Kenyataan. Yogyakart: Kanisius.
Sutrisno, N., Nurida, N. L., & Rachman, A. (2019). Efektivitas Sistem Olah Tanah Konservasi terhadap Peningkatan Kualitas Tanah dan Hasil Tanaman Pangan di Lahan Kering. Jurnal Sumberdaya Lahan, 13(1), 27-39.
Wahyunie E.D., Baskoro, D.P.T dan Sofyan, M. 2012. Kemampuan retensi air dan ketahanan penetrasi tanah pada sistem olah tanah intensif dan olah tanah konservasi. Jurnal Tanah Lingkungan 14(2), 73-78.
Widodo, S., Simanjuntak, B. H., & Sukristiyonubowo. (2021). Pengaruh Sistem Tanpa Olah Tanah terhadap Karakteristik Fisik Tanah dan Retensi Air pada Lahan Sawah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 23(1), 32-41.