HUBUNGAN ORIENTASI MASA DEPAN DALAM MEMBENTUK KEPUASAN HIDUP ANAK BINAAN DI LPKA KELAS I BLITAR
Main Article Content
Abstract
Studi ini meneliti hubungan antara orientasi masa depan dan kepuasan hidup di kalangan anak binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Blitar, Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional, melibatkan 102 anak binaan berusia 14-18 tahun.Dengan menggunakan Kuesioner Orientasi Masa Depan dan Skala Kepuasan Hidup, studi ini mengungkapkan korelasi positif yang signifikan antara orientasi masa depan dan kepuasan hidup (r = 0,48, p < 0,001). Analisis regresi menunjukkan bahwa orientasi masa depan secara signifikan memprediksi kepuasan hidup (β = 0,48, p < 0,001), menjelaskan 23% varians dalam kepuasan hidup.Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa dimensi motivasi masa depan (r = 0,41, p < 0,001) dan perencanaan masa depan (r = 0,37, p < 0,001) memiliki korelasi terkuat dengan kepuasan hidup. Studi ini tidak menemukan perbedaan signifikan dalam orientasi masa depan dan kepuasan hidup berdasarkan jenis kelamin, usia, atau jenis tindak pidana. Namun, anak binaan yang telah lebih lama berada di lembaga cenderung memiliki orientasi masa depan (r = 0,28, p < 0,01) dan kepuasan hidup (r = 0,24, p < 0,05) yang lebih tinggi. Temuan ini menekankan pentingnya memupuk orientasi masa depan yang positif, terutama dalam hal motivasi dan perencanaan, sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis anak binaan. Penelitian ini menyarankan bahwa program rehabilitasi yang berfokus pada pengembangan keterampilan orientasi masa depan dapat secara signifikan meningkatkan kepuasan hidup dan berpotensi berkontribusi pada reintegrasi yang sukses ke dalam masyarakat.Implikasi penelitian ini meluas pada perancangan dan implementasi intervensi peradilan anak, menekankan perlunya program yang menumbuhkan visi masa depan yang positif dan melengkapi para pelanggar muda dengan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka. Penelitian ini berkontribusi pada upaya yang lebih luas untuk menciptakan sistem peradilan anak yang lebih manusiawi dan restoratif di Indonesia.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Clinkinbeard, S. S., & Zohra, T. (2012). Expectations, fears, and strategies: Juvenile offender thoughts on a future outside of incarceration. Youth & Society, 44(2), 236-257.
Diener, E. D., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75.
Nurmi, J. E. (1989). Development of orientation to the future during early adolescence: A four-year longitudinal study and two cross-sectional comparisons. International Journal of Psychology, 24(1-5), 195-214.
Nurmi, J. E. (1991). How do adolescents see their future? A review of the development of orientasi masa depan and planning. Developmental Review, 11(1), 1-59.
Schmid, K. L., Phelps, E., & Lerner, R. M. (2011). Constructing positive futures: Modeling the relationship between adolescents' hopeful future expectations and intentional self regulation in predicting positive youth development. Journal of Adolescence, 34(6), 1127-1135.
Seginer, R. (2009). Orientasi masa depan: Developmental and ecological perspectives. Springer Science & Business Media.
Steinberg, L., Graham, S., O'Brien, L., Woolard, J., Cauffman, E., & Banich, M. (2009). Age differences in orientasi masa depan and delay discounting. Child Development, 80(1), 28-44.
Suldo, S. M., & Huebner, E. S. (2004). Does kepuasan hidup moderate the effects of stressful life events on psychopathological behavior during adolescence? School Psychology Quarterly, 19(2), 93-105.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.