ETIKA SEORANG GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Main Article Content
Abstract
The ethics of a teacher in the teaching and learning process plays a crucial role in creating a positive and productive educational environment. Teachers are figures who hold a respectable and noble position, as expressed by al-Ghazali: "The most glorious creature in the kingdom of heaven is a man who knows, practices, and teaches." Thus, teachers are believed to occupy key positions in education, serving as sources of inspiration and enlightenment for students. As educators, teachers have a significant impact on the character and knowledge development of their students. Therefore, a teacher must be a role model to be emulated, both in knowledge and behavior. The ideal teacher should possess various qualifications related to physical, ethical, moral, and scientific aspects. In the context of ethics, there are three interrelated distinctions: a general pattern or way of life, a set of rules or "moral code," and an investigation into the way of life and rules of behavior. Through understanding and applying good ethics, teachers can create a learning atmosphere that not only educates academically but also shapes students' character, making them quality individuals with integrity.
Etika seorang guru dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang positif dan produktif. Guru adalah sosok yang memiliki posisi terhormat dan mulia, seperti yang diungkapkan oleh al-Ghazali, “makhluk paling mulia di kerajaan langit adalah orang yang berilmu, mengamalkan, dan mengajarkan.” Dengan demikian, guru diyakini menempati posisi kunci dalam pendidikan, berfungsi sebagai sumber inspirasi dan pencerahan bagi siswa. Sebagai pendidik, guru memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan karakter dan pengetahuan siswa. Oleh karena itu, guru harus menjadi teladan yang dapat diikuti, baik dalam pengetahuan maupun perilaku. Guru ideal seharusnya memiliki berbagai kualifikasi yang terkait dengan aspek fisik, etika, moral, dan ilmiah. Dalam konteks etika, terdapat tiga perbedaan yang saling terkait: pola atau cara hidup yang umum, seperangkat aturan atau "kode moral," serta kajian tentang cara hidup dan aturan perilaku. Melalui pemahaman dan penerapan etika yang baik, guru dapat menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mendidik secara akademis tetapi juga membentuk karakter siswa, menjadikannya individu yang berkualitas dan berintegritas.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work
References
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, et.al., (2009) Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya
Abdul Mujib, et al., (2008) Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Abelson, R. (n.d.). Ethics and Education.
Abudin Nata, (2009) Akhlak Tasaw.uf, Jakarta: Rajawali Press.
Ahmad Tantowi, (2009) Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Al Ghazali, (2008), Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin, terj. Abdul Rosyad Shiddiq, Jakarta: Akbar Media.
Al-Ghazali. (n.d.). Karya-karya Filsafat dan Etika dalam Pendidikan.
Asep umar Fahruddin, (2010). Menjadi Guru Favorit, Yogjakarta: Diva Press.
Athiyyah Al-Abrasyi, (1975) al-Tarbiyah al-Islamiyah Wa Falasifatuha, Mesir: alHalabi.
Brophy, J. (2006). Pengaruh Guru terhadap Prestasi Siswa. Dalam Masa Depan Anak, 16 (1), 20-36.
Departemen Pendidikan Nasional, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dewey, J. (1938). Pengalaman dan Pendidikan .
Fahruddin, A. U. (n.d.). Menjadi Guru Favorit.
Fuad A. S. (2006) Guruku Muhammad, Jakarta: Gema Insani Press.
Hadis Riwayat ad Darimi, Sunan Ad Darimi, Mesir: Dar al-Fikr, tt
Hamre, BK, & Pianta, RC (2001). Hubungan Guru-Anak di Usia Dini dan Pengembangan Kompetensi Sosial. Jurnal Psikologi Perkembangan Terapan, 22 (3), 303-318.
Hattie, J. (2012). Pembelajaran Terlihat bagi Guru: Memaksimalkan Dampak pada Pembelajaran .
Misbahul H.(1999). ”Profil dan Etika Pendidik dalam Pandangan Pemikir Pendidikan Islam Klasik”, Religia
Muhaimin, (2004). Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhammad A. (2007). Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Muhyiddin al-Nawawi dan Al-Khatib al-Baghdadi dalam Misbahul Huda, ”Profil dan Etika Pendidik dalam Pandangan Pemikir Pendidikan Islam Klasik”, Religia, (vol. II, No. 2, Oktober/ 1999).
Noddings, N. (1992). Tantangan Kepedulian di Sekolah: Pendekatan Alternatif terhadap Pendidikan .
Shulman, LS (2004). Kebijaksanaan Praktik: Esai tentang Praktik Mengajar. Jurnal Filsafat dan Sejarah Pendidikan, 54 , 1-12.
Suparman S. (2004). Etika Religius,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sya’roni, (2007). Model Relasi Ideal Guru dan Murid, Telaah atas Pemikiran al-Zarnuji dan KH. Asy’ari, Yogyakarta: Teras.
Syaiful B. D. (2000) Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka cipta.
Syeikh Al Zarnuji, Ta’limul Muta’allim, Semarang: Pustaka Alawiyyah, t.t.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, (2005) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka.
Tohirin, (2006). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integritas dan Kompetensi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang No. 14 Tahun (2005) Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010).
Yusuf al-Qardhawi, (1994), Konsepsi Ilmu dalam Persepsi Rasulullah SAW., Karakter Ilmu dan Ulama’, Jakarta: Firdaus.
Zainudin A. (2008). Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Zakiah D. (2005) Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang.
Zuhairi M. (2010). Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, dan kebangsaan, Jakarta: Kompas.