PENAFSIRAN AHSAN TAQWIM DALAM QS. AT-TIN AYAT 4 (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL MUNIR DAN TAFSIR AL MUYASSAR) PENAFSIRAN AHSAN TAQWIM DALAM QS. AT-TIN AYAT 4 (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL MUNIR DAN TAFSIR AL MUYASSAR)

Main Article Content

Khusnil khotimah
Sugeng Wanto
Idris Siregar

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi melihat dari artikel kompas.com Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah bayi prematur tertinggi di dunia, yaitu menempati peringkat kelima. Ada 15 juta bayi yang terlahir prematur setiap tahunnya di seluruh dunia. Dari sejumlah 15 juta bayi prematur tersebut, sebanyak 1,1 juta bayi dilaporkan meninggal dunia karena berbagai komplikasi. Motivasi penelitian ini berangkat dari ketertarikan penulis terhadap tafsir ayat ke-4 dalam surat At Tin yang membahas tentang "ahsan taqwim" (sebaik-baik ciptaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi pandangan Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al Munir dan 'Aidh Al Qarni dalam Tafsir Al Muyassar terkait konsep tersebut. Selain itu, penelitian ini juga akan dilengkapi dengan analisis penulis terhadap penafsiran kedua mufassir tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan metode tafsir yang dipakai adalah metode muqaran jenis perbandingan antara mufassir, sumber data penelitian.  Berdasarkan hasil dari penelitian ini yakni penafsiran ahsan taqwim dalam Qs. At tin ayat 4. Menurut Wahbah az-Zuhaili ahsan taqwim adalah ciptaan Allah yang sempurna dibanding makhluk lain, diberikan pula akal pikiran agar dapat mencari dan mendalami ilmu pengetahuan sehingga bisa berkuasa atas segala makhluk.Menurut 'Aidh Al Qarni ahsan taqwim  adalah sungguh Allah menciptakan manusia dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya dalam artian adalah dalam fungsinya sebagai hamba Allah.Keduanya mengemukakan bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt. yang paling baik dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sementara perbedaan dari kedua mufassir adalah bahwa ahsan taqwim menurut Wahbah az-Zuhaili lebih menafsirkan kepada duniawi, manusia mempunyai keistimewaan diberikan akal pikiran (akal dan nafsu) dengan tujuan bisa berkuasa atas segala mahluk dan menjadi Khalifah di bumi. Sedangkan ‘Aidh Al-Qarni menyimpulkan bahwa lebih kepada ketuhanan dan fokus kepada tujuan akhirat, yaitu sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

References

'Aidh al-Qarni, (2007) Tafsir Muyassar Jilid 4, Jakarta, Qisthi Pres.

Buya Hamka, (1983) Tafsir Al Azhar Jilid 30, Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.

Ibnu Katsir, (2005) Tafsir ibnu katsir jilid 8 terjemahan M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan Al-Atsari, pustaka imam syafi’.

M. Quraish Shihab, (1995) Membumikan al-Quran, Bandung: Mizan.

Mudzakir AS, (2013) Studi Ilmu-ilmu Quran, cet 16, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.

Muhammad Hasdin Has, (2014) Metodologi Tafsir Al Munir, Jakarta: Al-Munzir.

Muhammad Khoiruddin, Kumpulan Biografi Ulama Kontemporer, 102.

Muhammad Su`udi, Manna al Qotton UlumAl Quran, Penerbit, Maktabah Mahbah, Kairo.

Mukarromah, (2013) Ulumul Quran, Jakarta: Rajawali Press.

Rosihan Anwar, (2013) Ulum al-Qur'an, Bandung: Pustaka Setia.

Sabuni al, Muhammad `Ali, (1985) al-Tibyan fi ‘Ulum al-Our’an.

Samsurrahman, (2014) Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Amzah.

Siti Aisyah, (2011) Analisis Akurasi dan Efektivitas Terjemahan Buku La Tahzan UIN Syarif Hidayahullah Jakarta.

Syaiful Amin Ghofur, (2013) Mozaik Mufasir al-Qur’an, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiegy, (2002) Ilmu-limu al-Qur'an, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.

Wahbah Az-Zuhaili, (2000) Tafsir Al Munir: at-Tafsir al-Munir fi al-Aqidati wa al-Syariati wa al-Manhaj. Semarang: Jafar Tamam.

Zarqani al, Muhamad Abdul ‘Azim, Manahil al-Irfaan fi Uluum al-Our an, Beirut ,Isa al-Bab al-Halabi.