RESILIENSI PADA GELANDANGAN UNTUK MEMPERTAHANKAN HIDUP DI KOTA MALANG
Main Article Content
Abstract
Gelandangan merupakan seseorang yang dalam kehidupannya berada dalam situasi yang tidak seharusnya dari aturan ataupun norma yang sudah dibuat dan ada pada masyarakat sekitar juga tidak memiliki rumah untuk dihuni dan bekerja dengan seadanya di suatu tempat dan biasanya hidup berkelana di berbagai macam daerah juga kawasan umum. Permasalahan yang dihadapi gelandangan adalah faktor kemiskinan. Hal ini dikarenakan tidak tentunya pendapatan yang diperoleh dalam sehari-hari. Pendapatan tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari baik untuk tempat tinggal dan juga bahan pokok. Selain itu, faktor pendidikan dan keterampilan yang rendah juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi gelandangan, akibatnya para gelandangan ini sulit untuk mencari pekerjaan. Dengan adanya keadaan sulit yang dialami oleh gelandangan tersebut membuat mereka berusaha untuk terus mempertahankan hidupnya dan tetap terus berusaha meskipun hidup dalam kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang apa saja permasalahan yang dihadapi oleh gelandangan dan juga bagaimana bentuk resiliensi yang dilakukan oleh mereka dalam mempertahankan hidupnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Subyek penelitian ini ialah gelandangan yang berada di Kota Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh gelandangan di Kota Malang yaitu 1) masalah ekonomi (pekerjaan dan pendapatan tidak tetap), 2) tempat tinggal, 3) tidak ada proteksi dari pemerintah, 4) tidak adanya keterampilan yang dimiliki, 5) stigma dan diskriminasi, 6) rawan terhadap bencana non alam, dan 7) masalah kesehatan. Dalam permasalahan tersebut bentuk resiliensi yang dilakukan oleh gelandangan adalah 1) tetap sabar, 2) tetap bersyukur, 3) tidak menyerah dan semangat, 4) berpikir explanatory, 5) peduli kepada sesama, 6) mampu memecahkan masalah, 7) mencari pekerjaan untuk hidup.
A homeless person is someone who lives in a situation that is not in accordance with the rules or norms established by the surrounding society. They also do not have a home to live in and work with whatever resources they can find in a particular place. Typically, they live by wandering through various areas and public spaces. One of the main issues faced by homeless people is poverty. This is due to the uncertainty of their daily income, which is insufficient to meet their basic needs, including housing and essential supplies. Additionally, low education and skill levels are also among the problems faced by the homeless, which makes it difficult for them to find employment. Given the hardships they endure, they continue to strive to survive and make efforts, despite the difficulties they face. This study aims to describe the issues faced by homeless people and the forms of resilience they exhibit in maintaining their lives. This research uses a qualitative approach with a descriptive type. The subjects of this study are homeless people. Data collection was carried out using observation, interviews, and documentation techniques. Data analysis was conducted using qualitative analysis with an interactive model. The research findings indicate that the problems faced by homeless people in Malang City are: 1) economic issues (unstable jobs and income), 2) lack of housing, 3) no protection from the government, 4) lack of skills, 5) stigma and discrimination, 6) vulnerability to non-natural disasters, and 7) health issues. In response to these problems, the forms of resilience displayed by homeless people are: 1) staying patient, 2) staying grateful, 3) not giving up and maintaining spirit, 4) thinking in an explanatory way, 5) caring for others, 6) problem-solving ability, and 7) seeking work to survive.
Downloads
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Amir, M. T. (2021). Reseliensi Bagaimana Bangkit dari Kesulitan dan Tumbuh dalam Tantangan.
Ardi, A. (2020). Kemapuan-kemampuan Reseliensi.
Fadly, M. (2021). Ini Asal Usul Gelandangan Pengemis Di Kota Malang Menurut Dinsos. Kabar Malang.
Grotberg, E. H. (1996). The international resilience project. 54th Annual Convention, International Council of Psychologists, 1–15. http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED419584.pdf
Hendriani, W. (2018). Resiliensi Psikologis Sebuah Pengantar.
Herrman, H. (2011). What is resilience? The Canadian Journal of Psychiatry. https://doi.org/https://doi.org/10.1177/070674371105600504
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor: Seven essential skills for overcoming life’s inevitable obstacles. American Psychological Association.
Kementrian Sosial. (2018a). Rehabilitasi Sosial Gepeng Melalui Pengembangan Model “Desaku Menanti”. Intelresos Kemensos.
Kementrian Sosial. (2018b). Wisata kampung topeng, program desaku menanti kota malang. Intelresos Kemensos.
Luthar, S. S., & Cicchetti, D. (2000). The construct of resilience: Implications for interventions and social policies. Development and Psychopathology, 12(4), 857–885. https://doi.org/10.1017/S0954579400004156
Miles & Huberman. (2014). Quanlitative Data Analysis: An Expended Sourcebook Third Edition.
Mohamed, R. (2015). Gelandangan Antara Tret Personaliti dan Religiositi.
Moleong, Lexy J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cetakan ke Tiga Puluh Lima.
Munawaroh, E., & Esa. (2019). Resiliensi: Kemampuan Bertahan dalam tekanan dan Bangkit Dari Keterpurukan.
Naning, R. (1983). Problema Gelandangan dalam Tinjauan Tokoh Pendidikan dan Psikologi. Bandung : ARMICO
Nasution, S. M. (2011). Resiliensi Daya Pegas Menghadapi Trauma Kehidupan.
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis. (2011).
Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis. (1980).
Ritonga, R. (2021). Program Memanusiakan Gelandangan. Kompas.
Rutter, M. (2012). Resilience as a dynamic concept. Cambridge University Press. https://doi.org/https://doi.org/10.1017/S0954579412000028
Sacker, A., & Schoon, I. (2007). Educational resilience in later life: Resources and assets in adolescence and return to education after leaving school at age 16. Social Science Research, 36(3), 873–896. https://doi.org/10.1016/j.ssresearch.2006.06.002
Schoon, I. (2006). Risk and resilience: Adaptation in changing times.
Schoon, Ingrid, & Bartley, M. (2008). The role of human capability and resilience. Psychologist, 21(1), 24–27.
Schoon, Ingrid, & Bynner, J. (2003). Risk and Resilience in the Life Course: Implications for Interventions and Social Policies. Journal of Youth Studies, 6(1), 21–31. https://doi.org/10.1080/1367626032000068145
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Edisi Pertama.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Edisi ke Dua.
Suharto, E. (2005). Kebijakan Sosial Indonesia. Kebijakan Sosial Indonesia, 1–18. http://www.policy.hu/suharto/Naskah PDF/KebijakanSosialLembang2006.pdf
Widianto, P. (1988). Gelandangan: Pandangan Ilmuan Sosial. Jakarta: LP3S
Zautra, J. A. (2010). Resilience, A New Definition of Health for People and Communities. The Guilford Press.