PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU TOBA, SITONGGING DAN DAMPAK LIMBAH DOMESTIK DAN INDUSTRI TERHADAP EKOSISTEM
Main Article Content
Abstract
Pencemaran air dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari penurunan kualitas air yang berdampak pada kesehatan ekosistem, hingga risiko bagi kesehatan masyarakat yang mengandalkan danau sebagai sumber air bersih dan mata pencaharian. Penurunan kualitas air juga dapat menyebabkan penurunan populasi ikan dan spesies lainnya, yang pada gilirannya mempengaruhi ekonomi lokal yang bergantung pada perikanan dan pariwisata. Dalam konteks ini, pemantauan kualitas air Danau Toba di kawasan Tongging menjadi sangat penting. Dengan melakukan analisis terhadap parameter-parameter kualitas air, seperti pH, kandungan oksigen terlarut, serta keberadaan zat pencemar, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi lingkungan di danau. Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan strategi pengelolaan yang lebih baik, serta langkah-langkah perlindungan terhadap ekosistem Danau Toba.Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya pelestarian Danau Toba dan meningkatkan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan tentang pentingnya menjaga kualitas air dan ekosistem yang ada. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berfokus pada aspek ilmiah, tetapi juga pada implikasi sosial dan ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat yang bergantung pada keberadaan Danau Toba.
Downloads
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sumatera Utara. (2020). Laporan Pemantauan
Kualitas Air Danau Toba 2020. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Darmawan, I., & Sihombing, A. (2021). Pengelolaan Limbah dan Kualitas Air Danau Toba:
Tantangan dan Solusi untuk Keberlanjutan Ekosistem. Jurnal Lingkungan Hidup, 42(2), 89-98.