Perubahan Tradisi Hikok Helawang di Era Modern: Peluang dan Tantangan dalam Proses Perubahan Sosial Budaya (Studi Etnografi di Desa Irat Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan)
Main Article Content
Abstract
Berangkat dari suatu tradisi yang ada di Desa Irat, tradisi ini disebut Hikok Helawang. tradisi ini dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Irat, tradisi yang masih dilaksanakan dan dipertahankan sampai saat ini meskipun sudah mengalami perubahan. Ketika tradisi masih dilaksanakan atau dipertahankan, berarti tradisi tersebut memiliki daya ikat sosial. Apapun bentuk dari ikatan-ikatan sosial itu selanjutnya dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks inilah kajian-kajian budaya itu menjadi penting, mengingat adanya upaya untuk mempertahankan tradisi di tengah gerusan modernisasi. Perubahan tradisi ini dilatarbelakangi karena adanya goncangan sosial yang dimana dulunya kurang akan interaksi sosial antar masyarakat. Maka dari itu dengan adanya perubahan tradisi diharapkan dapat memperekat ikatan sosial masyarakat dan menciptakan peluang bagi masyarakat untuk berkumpul, berbagi cerita dan memperkuat hubungan antar masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi dalam tradisi Hikok Helawang, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta melihat peluang dan tantangannya dalam proses perubahan sosial budaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pendekatan deskriptif analitis dengan desain penelitian studi etnografi. Dalam penentuan subjek informan menggunakan metode snowball sampling. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara bersama 15 informan, observasi langsung ataupun tidak langsung, dan dokumentasi melalui foto, buku, jurnal, dan dokumen-dokumen yang menunjang penelitian kali ini. Hasil peneitian menunjukkan bahwa perubahan tradisi Hikok Helawang meliputi beberapa hal yaitu 1) Perubahan dalam segi prosesi pelaksanaan tradisi, 2) Perubahan dalam segi isian makanan dalam pelaksanaan tradisi, 3) Perubahan dalam segi tempat wadah untuk membawa makanan dalam pelaksanaan tradisi. Pada dasarnya perubahan terjadi karena adanya sebab, Terdapat faktor penyebab terjadinya perubahan dalam tradisi yang mencakup faktor internal yaitu kesadaran masyarakat dan pola pikir mulai terbuka, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor zaman dan pengaruh dari budaya lain. Dan terdapat peluang dan tantangan dalam proses perubahan sosial budaya yaitu pertama melibatkan generasi muda dalam proses pelaksanaan, memanfaatkan teknologi dan media sosial, sedangkan tantangan adalah kurangnya minat generasi muda penerus sehingga beralihnya perhatian terhadap tradisi, dan menurunnya budidaya usaha pertanian.
Downloads
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Enny Nurcahyawati, dkk. (2022). Transformasi Budaya Lokal Tradisi Ngarak Barong Terhadap Akulturasi Budaya Modern pada Masyarakat Kampung Legok Bekasi. (hlm. 69-79). Journal of Academia Perspectives vol 02, No. 1, Maret, 2022.
Fitri, Lidia, et al. (2019). Transformasi Tradisi Meudikee dalam Konteks Masyarakat Samalanga Kabupaten Bireuen. (hlm. 146-149). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik Unsyiah, vol. 4, no. 2, May. 2019.
Handayani, Baiq L. (2011). Transformasi Perilaku Keagamaan (Analisis Terhadap Upaya Purifikasi Aqidah Melalui Ruqyah Syar'iyah Pada Komunitas Muslim Jember. (hlm. 16). Vol. 1, no,2, Desember. 2011
Kinanti Suwandari, dkk. (2022). Transformasi Nilai-Nilai Tradisi Sayan Sebagai Upaya Mempertahankan Solidaritas Masyarakat. Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 6(2), 162-173.
Roszi, J. P., & Mutia, M. (2018). Akulturasi Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Keagamaan dan Pengaruhnya terhadap Perilaku-Perilaku Sosial. FOKUS Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan, 3(2), 171.
Rohimah, Rohimah, I. S., Hufad, A., & Wilodati, W. (2019). Analisa penyebab hilangnya tradisi Rarangkén (Studi Fenomenologi pada Masyarakat Kampung Cikantrieun Desa Wangunjaya). Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development, 1(1), 17-26.
Syukur, M. (2020). Resiprositas dalam Daur Kehidupan Masyarakat Bugis. Neo-Societal, 5(2), 99-111.
Zaeny, A. (2005). Transformasi sosial dan gerakan Islam di Indonesia. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2(1), 153-165.
Internet:
Iwan Setriawan. 2012. Hikok Helawang, Tradisi yang Sarat Makna. Diperoleh dari: https://bangka.tribunnews.com/2012/05/05/hikok-helawang-tradisi-yang-sarat-makna (Diakses tanggal 20 februari 2024)